Oleh Setia
Naka Andrian
Sungguh
tak disangka, sudah tiga bulan ini forum mingguan Jurasik (Jumat Sore Asik)
bergulir tanpa henti sejak 16 Maret 2018. Balai Kesenian Remaja (BKR)
barangkali patut menjadi saksi utama pada peristiwa ini. Ia akan angkat bicara
kali pertama, bahwasanya satu-satunya aktivitas seni dan budaya di Kendal yang
berupaya rajin menggelar forum mingguan tanpa henti. Dua belas pertemuan sudah,
Jurasik menghadirkan forum yang tidak sebatas selebrasi semata. Bahkan,
setidaknya Jurasik telah menjadi satu-satunya forum yang merelakan waktu
terpanjang dalam setiap perjumpaannya.
Bayangkan
saja, forum dimulai sejak selepas isya, sekitar pukul 19.00 dan berakhir hingga
pukul 01.00 dini hari. Bahkan selepas acara resmi ditutup pada dini hari tersebut,
masih ada sisa-sisa hadirin yang masih betah menempelkan pantatnya di
karpet-karpet lusuh di sebuah gedung kecil yang berada di belakang GOR
Bahurekso, di sudut hingar-bingar kota Kendal ini. Lebih gila lagi, selama
bulan Ramadan pun, Jurasik ini masih tetap digulirkan. Hanya saja, acara
dimulai sejak pukul 20.00 selepas salat tarawih. Dan ternyata, bulan Ramadan
sama sekali tidak membuat durasi perjumpaan mingguan ini menjadi menyempit.
Justru menjadi semakin memanjang hingga menjelang santap sahur. Mereka jalani
santap sahur bersama di BKR! Merekalah beberapa hadirin yang masih bersikeras
melanggengkan perbincangan, bernyanyi-nyanyi, serta semakin memanaskan
tetek-bengek laku kreatifnya di BKR. Sungguh sebuah laku gendheng yang patut dicontoh dan dikembang-biakkan!
Tentu
siapa saja yang belum sempat menghinggapi gelaran mingguan Jurasik ini akan
sedikit bertanya sinis. Apa benar begitu? Anda serius? Siapa saja yang bergiat
di balik program mingguan tersebut? Apa motivasi penyelenggaraan Jurasik? Dari
mana mereka mendapatkan dana guna penyelenggaraannya? Bagaimana pemenuhan
persediaan kopi, air dispenser, dan jajanan-jajanannya? Lalu alat musik, sound,
dan segenap peralatan yang digunakan untuk mendukung acara didapat dari mana?
Siapa yang mengatur jadwal para pengisi acara atau pembicara yang dihadirkan
dalam setiap minggunya? Siapa yang mendesain poster kegiatan? Siapa pula yang
menulis reportase setiap minggunya? Begitulah adanya, bukan sulap dan tentu
bukan pula sihir. Namun segala itu selama ini dapat dikerjakan sedemikian rupa,
dan belum ada kendala yang berat hingga misalnya sampai harus menunda atau
menggagalkan penyelenggaraan gelaran Jurasik. Para pegiat di balik layar pun
sama sekali belum pernah mengeluh perihal penyelenggaraan Jurasik yang selalu
digempur setiap satu minggu sekali tersebut.
Mari
kita coba pelan-pelan menyibak tubuh Jurasik ini, agar nantinya akan ada
kesepahaman dan segala hal yang patut diyakini bersama, lalu selanjutnya akan
berupaya terus-menerus untuk dikerjakan sepenuhnya atas dasar laku kolektif.
Bukan sebagai sebuah laku personal, mengemban kepentingan dari segelintir atau
sekelompok orang semata. Begini, awalnya didapati sebuah kegelisahan yang
dirasakan oleh Tanjung Alim Sucahya, yang kemudian ditularkan kepada beberapa
seniman muda yang kerap kali berkegiatan seni dan budaya di kota Bahurekso ini.
Mereka ingin menciptakan sebuah forum mingguan guna memberi ruang kepada siapa
saja yang berdatangan di BKR. Akhirnya niatan mulia tersebut disambut hangat
oleh Akhmad Sofyan Hadi, direktur artistik Jarak Dekat Art Production. Jarak
Dekat didaulat sebagai sebuah lembaga nirlaba untuk menjaga segala tumpah darah
Jurasik. Agar setidaknya, jika kelak dikemudian hari didapati suatu hal yang
sekiranya mengusik kekhusyukan aktivitas tulus gelaran mingguan Jurasik
tersebut, Jarak Dekat lah yang kali pertama akan pasang badan.
Maka
berlanjutlah selepas itu, tanpa berlama-lama langsung diketuk palu. Segala
kebutuhan administrasi terkait penggunaan gedung, membeli dispenser butut, dan
lainnya dikerjakan dengan sebagai mana mestinya, serta dalam waktu yang tidak
sesingkat-singkatnya. Nama forum Jurasik pun sesederhana mungkin dilontarkan
oleh Tanjung, yang kali pertama menggelisahkan segala itu. Jurasik sebagai
sebuah akronim dari Jumat Sore Asik. Meski sebelumnya sempat ada komentar dari
beberapa pegiat, bahwasanya nama tersebut serupa dengan nama kegiatan yang
dikerjakan oleh sebuah sekolah negeri di Kendal, dan telah beberapa kali
acaranya diselenggarakan. Namun, Tanjung dengan tenang menegaskan sepenuh
optimis, layaknya ia telah mampu menerawang bagaimana masa depan Jurasik di
hadapan umat yang kian hari kian tiada jelas bagaimana wujud, pandangan, motif,
dan pola hidupnya ini. Nama boleh sama atau serupa. Namun, lihat saja kelak
mana yang akan lebih kuat dan istiqomah!
Pelan-pelan,
Jurasik pun bergulir. Meski awalnya diungkapkan oleh salah seorang pegiat di
balik layarnya, bahwasanya Jurasik perdana sepenuhnya bantingan dari beberapa
pegiat. Apa yang dipunyai dan bisa digunakan dibawa ke BKR untuk
penyelenggaraan Jurasik. Akhirnya pun, seiring bergeraknya waktu, niatan
bantingan tersebut disambut baik oleh hadirin. Hingga akhirnya, dipasanglah
kotak tissu yang dibubuhi tulisan koin kreatif. Setiap kali acara berlangsung,
kotak tersebut menelurkan uang rata-rata mencapai seratus ribuan. Selepas
acara, seperti di masjid-masjid, uang di kotak koin kreatif tersebut dihitung,
dikabarkan kepada khalayak yang hadir. Bahkan tidak jarang disampaikan pula,
bahwa selain dipakai untuk membeli kopi, teh, atau gula, uang yang terkumpulkan
tersebut juga digunakan untuk membeli alat serta perlengkapan penunjang
Jurasik. Misalnya mikropon, kabel, dan kebutuhan kecil lainnya. Selain
bantingan, dalam Jurasik diberlakukan pula sistem patungan dan hibah. Misalnya
tiap kali Jurasik terselenggara, di antara hadirin diperkenankan membawa apa
saja, termasuk alat musik, gitar, sound, stand mikropon, dan lainnya. Bahkan
jajanan sebagai teman penikmat kopi pun kerap dibawa sebagai upaya pemenuhan
patungan tersebut. Kemudian beberapa kali dilakukan hibah alat dari para pegiat
ataupun simpatisan yang hadir. Sempat ada yang menghibahkan sound, bass,
keyboard, dan lainnya. Sungguh!
Segala
hal tersebut setidaknya mampu menjadi sebuah jawaban tersendiri. Bahwasanya
menyelenggarakan aktivitas kreatif itu tak perlu menunggu guyuran anggaran
besar, atau melulu menunggu founding yang menggelontorkan berjuta-juta uang.
Segala upaya tersebut menjadi contoh nyata, bahwa penyelenggaraan Jurasik
merupakan sebuah gelaran forum yang diniatkan untuk disengkuyung bersama.
Dengan besar harapan, agar siapa saja punya rasa saling memiliki terhadap suatu
acara. Sesungguhnya sama sekali tidak ada istilah siapa panitianya dan siapa
pengunjungnya. Sebab, selepas acara usai pun siapa saja diajak untuk saling
membantu dan berkemas di area kegiatan. Misalnya pada aktivitas sederhana
serupa melipat karpet dan membersihkan area tempat yang digunakan untuk kegiatan.
Dalam Jurasik pun tidak ada tradisi melayani tamu, membuat kopi ya mereka
mengaduk sendiri. Prasmanan, mengambil sendiri, menakar gula dan kopi,
menyeduh, dan menyeruput sendiri sambil sepenuhnya menikmati keberlangsungan
suguhan jalannya acara.
Dalam
gelaran Jurasik ini pun, setiap usai acara ditawarkan kepada segenap hadirin,
siapa saja yang hendak terlibat lebih jauh (di balik layar). Disilakan
selebar-lebarnya, seluas-luasnya! Sungguh! Agar dalam pelaksanaan tiap
minggunya dapat lebih tertata dan tergarap dengan baik. Akhirnya pun
pelan-pelan didapati di antara hadirin yang rela mengorbankan dan menyesatkan
dirinya ke jalan yang benar untuk bersama-sama menyengkuyung persiapan sebelum
acara, saat acara berlangsung, dan selepas acara usai. Mereka berproses
bagaimana mengonsep acara, menyiapkan sebuah acara, mengelola para pengisi atau
narasumber diskusi, mendesain poster, menulis reportase, mendokumentasikan
gambar, mengundang wartawan, mengirim pers release ke media massa, hingga
mengunggah poster, foto, dan reportase di media sosial serta di blog. Segala
itu diupayakan untuk dikerjakan bergantian, agar setidaknya semua pegiat di
balik layar dapat saling belajar dan merasakan tugas kerja yang berlainan.
Niatannya ya agar sama-sama belajar, agar selalu siap untuk mengerjakan apa
saja, dan tentu tidak saling njagakke. Semua memiliki tanggung jawab yang sama
untuk saling mengingatkan, saling mengelola, menjaga, dan tentu pula terkait
rasa saling memiliki.
Para
pegiat di balik layar pun sempat dihujani kritik dan saran. Banyak hal, namun
tetap dipertimbangkan matang. Mana yang bisa diambil, mana yang tidak.
Misalnya, terkait penyelenggaraan Jurasik yang dikerjakan bulanan saja, jika
mingguan terlalu mepet. Dikarenakan kok sepertinya yang datang hanya itu-itu saja,
tidak begitu menggoda lebih banyak audiens dan lebih menggaet beragam hadirin
yang sudi untuk menikmati Jurasik. Dan pada akhirnya, di antara pegiat di balik
layar pun melontarkan jawaban selepas masukan tersebut ditampung. Bahwasanya
hal serupa itu merupakan saran bagus. Namun niatan awal penyelenggaraan Jurasik
bukan semata-mata dengan dalih untuk menarik massa yang besar. Bukan pula
bersusah payah untuk harus menghadirkan orang-orang baru setiap kali
penyelenggaraannya. Atau selalu dipenuhi dengan sorak-sorai di antara hadirin.
BKR padat dan penuh hingga banyak di antara hadirin berebut tempat duduk yang
hanya lesehan itu, hingga ada yang nangkring di pagar, memanjat di pohon-pohon
atau naik di atas atap karena saking tidak muatnya area kegiatan.
Tidak
semata itu. Jurasik hendak dihadirkan sederhana saja. Jurasik hendak mengejar
substansi, bukan selebrasi semata. Silakan, biar pun yang hadir itu-itu saja
atau bahkan jika suatu saat hadirin hanya bisa dihitung jari, tak masalah, tak
jadi soal. Jurasik ingin memikat para hadirin yang benar-benar ingin belajar
bersama, benar-benar hadirin yang sepenuhnya menghargai sebuah forum. Jurasik
bukan untuk hadirin ceng-ceng-po atau yang hanya ingin tebar pesona saja.
Silakan, Jurasik terbuka lebar untuk siapa saja. Jurasik berupaya menjadi ruang
untuk belajar kelompok. Siapa saja memungkinkan akan bisa dihadirkan, dari
kalangan mana pun. Asalkan niatannya ingin belajar bersama, ingin berbagi,
bukan untuk menunggangi!
Silakan,
bagi siapa yang suka sama suka dan tidak ada upaya untuk memaksa. Jika suatu
acara sudah mengejar seberapa massa yang hendak diraih, ya sudah, bisa dicap
acara itu pasti ada niatan lain, ada motif lain, ada niatan politisnya. Pasti!
Jurasik ya biar mengalir saja. Jurasik tidak perlu mengemis mengharap uluran
tangan agar setiap kali acara suasana tempat menjadi gemebyar, alas duduknya
empuk, soundnya sanggup menggetarkan relung dada. Tidak, Jurasik ingin bergulir
seadanya dan semampu yang dimiliki oleh teman-teman yang hendak terlibat dan bersedia
datang merayakan gelaran tersebut setiap Jumat. Jika ada siapa pun yang hendak
mengisi kotak koin kreatif ya silakan isi saja. Sempat didapati uang ratusan
ribu, itu pasti dari hamba Allah yang ikhlas menyumbang. Tidak ada motif
apa-apa tentunya. Dikarenakan tidak ada catatan siapa yang memberi sumbangan,
tidak disiarkan di depan, apa lagi yang dijanjikan secara lantang di hadapan
hadirin. Bahwa nanti saya akan membantu ini, membantu itu. Tidak. Silakan
memang, para pegiat di balik layar Jurasik menerima bagi siapa saja, baik
personal, komunal, individu atau kelompok yang terketuk hatinya untuk turut
serta membantu untuk menyehatkan penyelenggaraan Jurasik. Namun perlu diingat,
Jurasik tidak bisa membalas apa-apa. Jurasik tak bisa memberikan panggung untuk
mendongkrak massa. Tidak bisa. Jika siapa pun yang berbuat sesuatu untuk
Jurasik, ya sudah biar Tuhan saja yang membalas. Dikarenakan, jika suatu forum,
atau apa pun bentuknya sudah berpihak pada seseorang atau kelompok tertentu,
maka sudah pasti nantinya tidak pernah akan sehat. Akan berakhir sia-sia saja
penyelenggaraan sebuah forum yang sesungguhnya diidamkan intens tersebut.
Bahkan
terkait konsep acaranya pun kerap selalu dihadirkan dengan secair mungkin.
Terkait susunan acara pun tidak jarang dirusak. Misal ada seseorang yang hadir,
kok tiba-tiba ingin tampilkan karyanya atau berpentas, silakan! Meski ia tidak
tercantum di dalam poster. Meski sebelumnya sama sekali tidak ada janji.
Jurasik itu forum bebas! Ya sudah, semakin berjalan penyelenggaraannya, dengan
sepenuh akal sehat dan cinta kasih, pelan-pelan kita tentu akan melihat
bagaimana niat baik Jurasik. Selepas itu, kita sebagai insan yang kerap mengaku
saleh sudah sejak dalam pikiran, sudah tentu harus mendukung sepenuhnya niatan
mulia Jurasik tersebut. Biarkan forum mingguan ini berjalan sebagaimana adanya.
Biar Jurasik mengalir saja sesuai gerak waktu, perkembangan, dan apa yang
dibutuhkan para pegiat, seniman, komunitas, dan siapa saja yang terlibat di
dalamnya. Misalnya, dalam penyelenggaraan Jurasik pun kerap ditegaskan kepada
segenap pengisi. Bahwa Jurasik belum mampu sepenuhnya memenuhi apa yang
diinginkan penampil. Sangat jauh dari apa yang diharapkan untuk dapat
mengabulkan keinginan pengisi acara, terkait peralatan misalnya. Jadi kerap
kali disampaikan kepada pengisi, jika punya silakan dibawa, Jurasik hanya
menyiapkan apa saja yang dimiliki dan yang memungkinkan dibawa oleh teman-teman
pegiat dan penampilnya sendiri.
Bahkan
para pegiat di balik layar Jurasik pun siap menghadapi kemungkinan lain, jika
suatu saat ada di antara hadirin atau siapa saja yang merasa bercuriga tentang
penyelenggaraan Jurasik, maka dengan senang hati siapa pun itu disilakan untuk
turut serta berproses lebih jauh. Turut serta menggarap di balik layar, agar
sepenuhnya tahu apa yang terjadi, bagaimana jerih payah yang dilakukan oleh
teman-teman pegiat di balik layar. Jika seorang tersebut hanya nyinyir belaka,
dan bercuriga saja, tanpa mau diajak untuk terjun lebih jauh, berarti bisa kita
anggap ia memendam motif lain. Ya sudah, biarkan saja. Pasti kelak waktu akan
memberikan jawaban tersendiri. Tuhan akan menggiringnya ke jagat kesadaran dan
penyesalan yang hakiki!
Sempat
pula dikabarkan oleh salah seorang pegiat, bahwasanya kenapa Jurasik kok
terkesan monoton. Tidak ada letupan-letupan. Kerap terasa begitu membosankan.
Rutinitas yang kadang membuat neg, jenuh, dan lain sebagainya tentang
motif-motif sekitar itu. Pegiat pun dengan tenang menimpali, Begini, Bung.
Bahwasanya segalanya yang dilakukan yang berkesan monoton, dilakukan
berulang-ulang, bahkan yang kita kerjakan setiap hari. Bukankah segala itu akan
semakin meneguhkan dan menguji seberapa niatan tulus kita dalam menempuh
sesuatu Bagi umat Muslim misalnya, mereka salat lima kali sehari. Bagi umat
Kristiani misalnya, mereka seminggu sekali ke Gereja! Ibarat kita mengayuh
sepeda, itu kan ya sangat monoton. Terus kita kayuh, entah kapan akan sampai
tak usah digagas. Namun lebih dengan segala itu, kita pikirkan bukan bentuk
(hasil) semata. Namun lebih pada proses menuju, bukan hasil akhir atau
keberadaan tujuannya itu!
Tenang
saja, pegiat Jurasik yang bersemayam di balik layar telah memikirkan aktivitas
lain untuk proses penunjang selanjutnya. Setidaknya menjadi upaya pengepul para
pegiat dan pelaku seni budaya untuk membiasakan diri bersinggungan dengan
sesama ataupun lintas komunitas. Membiasakan diri untuk bertemu intens dalam
laku kreatif, sehingga kelak di suatu waktu akan leluasa jika hendak menggarap
sebuah gelaran kolektif yang lebih berskala besar. Sebut saja pada gelaran
tahunan, Kendali Seni Kendal 2018 yang kali ini memasuki tahun ketiga. Selain
itu, telah disiapkan pula program lain agar para pegiat dan pelaku seni budaya
dapat naik kelas. Barang tentu, jika gelaran Jurasik ini sudah benar-benar
mengasyikkan, sudah cukup kuat sebagai sebuah pondasi, dan sudah berjalan cukup
lama, misal sudah satu tahun. Ya, tentu akan lekas digulirkan program
selanjutnya untuk mengimbangi dan menaikkan capaian bagi para pegiat, seniman,
dan siapa saja yang terlibat dalam Jurasik. Jika di antara para seniman
misalnya, mereka sudah beberapa kali dihadirkan dalam Jurasik. Sudah cukup
matang selepas melewati tempaan-tempaan forum. Yang selanjutnya secara
sederhana telah dinyatakan lulus dengan nilai memuaskan dari Jurasik, maka
lekas akan digiring pada proses selanjutnya. Sudah pasti pada forum yang lebih
serius, berbahaya, dan dapat menyebabkan putus asa jika tidak sepenuhnya karya
serta laku kreatifnya siap diadili.
Sedikit
bocoran, forum tersebut bukan lagi forum asyik-asyik serupa Jurasik. Bukan lagi
forum bongkokan yang setiap tampil bersama pegiat lain. Dalam poster nampak
riuh nama-nama seniman. Hadirin yang mengapresiasi, mengkritik, dan memberi
saran pun masih beragam. Boleh siapa saja. Namun, dalam forum lanjutan tersebut.
Bolehlah jika disebut sebagai sebuah pengadilan karya. Jadi di situ, karya
benar-benar diadili secara serius. Penuh kemarahan, minim keramahan, tidak ada
lagi asyik-asyik. Orang-orang yang hendak mengadili pun sudah ditentukan, dan
sepenuhnya harus bertanggung jawab pula atas apa yang dilontarkan dalam
apresiasi, kritik, sarannya. Harus ada bukti, data, dan minimal dituliskan.
Agar setidaknya, segalanya dapat terdokumentasi dan dapat menjadi bahan untuk
laku kreatif selanjutnya. Ada rujukan, pandangan, dan lainnya, jika beberapa
waktu yang terlewat telah ditemukan karya dan respon tertentu atas karya
tersebut.
Kiranya
begitu. Segala ini hanya sebuah ulasan kecil, tak lain sebagai upaya untuk
angkat topi ke hadirat program mingguan Jurasik tersebut. Paling tidak, selama
ini saya selalu hadir untuk melihat, mengamati, dan berupaya mundur beberapa
langkah ke belakang agar lebih leluasa memandang bagaimana keberadaan Jurasik
di benak dan hati khalayak. Berbagai sudut pandang pun telah berupaya dibidik
sedemikian rupa guna menjejaki capaian-capaian tertentu dalam jagat laku
kreatif. Dan, ada sedikit pesan dari para pegiat yang bersemayam di balik layar
Jurasik. Bahwasanya Jurasik pada jumat yang bertepatan dengan hari Lebaran
tetap terselenggara. Namun peristiwa tersebut hanya digerakkan di benak dan
hati kalian masing-masing. Sampai jumpa pada Jurasik #13 pada jumat selanjutnya
selepas lebaran. Silakan, jika hendak kangen-kangenan dengan Jurasik saat
berlibur, atau bagi yang sepenuhnya ingin tahu bagaimana serta seperti apa
forum mingguan Jurasik, Tuan dan Puan bisa mampir di
panggungjarakdekat.blogspot.com. Di sana akan disambut berbagai poster dan
reportase yang mengisahkan jalannya geliat mingguan Jurasik.
Ohya,
ini bukanlah ulasan yang sepenuhnya benar, bukan pula yang mutlak dan harus
diyakini begitu saja. Silakan jika ada di antara Tuan dan Puan yang hendak
memberi tanggapan, sanggahan atau tambahan. Namun, tetap laku setimpal ya. Jika
tulisan, ya balaslah dengan tulisan. Jika respon atas laku kreatif yang kita
anggap baik, ya maka balaslah dengan baik. Jangan malah segala yang diawali
sepenuh jerih payah, ketulusan, dan sepenuh kecintaan Jurasik terhadap gerak
seni budaya di kota Bahurekso ini hanya dibalas dengan nyinyiran atau sebatas
sinis tak bertuan belaka. Selamat berlebaran! Mohon maaf lahir batin.
Setia Naka
Andrian, Pengajar di Fakultas Pendidikan dan Seni Universitas PGRI Semarang. Pencatat gerak seni dan budaya Kendal. Seseorang yang memiliki hobi umbah-umbah
dan memasak ini sangat takut dengan gelap, pengagum tanggal merah, dan pecandu offroad. Kini ia sepenuhnya bermukim di
setianakaandrian.blogspot.co.id. Dapat disapa dengan mengirim pesan singkat
atau pulsa di nomor (telepon/sms/wa) 085641010277.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar